Scroll untuk baca artikel
Example 320x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
Uncategorized

Paguyuban Renggo Sejati Edukasi Pengunjung CFD Tentang Kesenian Bantengan

184
×

Paguyuban Renggo Sejati Edukasi Pengunjung CFD Tentang Kesenian Bantengan

Sebarkan artikel ini
Aksi pertunjukan kesenian bantengan paguyuban Renggo Sejati (Dok;Istimewa)
Example 468x60

KOTA MALANG | SWARALIN – Bantengan merupakan salah satu kesenian tradisi yang berkembang di Malang Raya.Dengan berlatar belakang agraris berkembang di wilayah lereng pegunungan Malang.

Dewasa ini, kesenian tersebut mengalami modifikasi yang pesat,hal tersebutlah menginisiasi paguyuban bantengan Renggo Sejati memberikan edukasi dan mengenalkan kesenian bantengan kepada pengunjung CFD jalan Ijen pada Minggu (17/11/2024) pagi.

Example 300x600

Jani selaku ketua paguyuban bantengan Renggo Sejati mengaku memperkenalkan kesenian bantengan agar bukan hanya sekedar jadi tontonan tapi juga tuntunan.

“Terima kasih telah memfasilitasi acara kami di depan Museum Brawijaya ini. Guna memperkenalkan Bantengan kepada pengunjung CFD. Diharapkan dengan begitu menjadi sebuah tuntunan tidak cuma tontonan,” tutur pria yang juga inisiator kegiatan.

Sementara itu, Pihak Museum Brawijaya sangat mengapresiasi kegiatan kesenian bantengan. Gayung pun bersambut, pada (30/11) Paguyuban Renggo Sejati dan Museum Brawijaya berkolaborasi mengadakan giat lomba Bantengan tingkat sekolah di Kota Malang yang bertempat di Museum Brawijaya.

Hal senada juga disampaikan sejarawan muda Fathur Rizky yang turut hadir. Acara memperkenalkan kesenian bantengan kepada kalayak luas patut di apresiasi.

“Patut diapresiasi, mengingat bantengan merupakan tradisi kesenian yang berada di Malang Raya, banyak makna filosofi yang terkandung di dalamnya,” kata pria yang akrab disapa Joko Laksono ini.

Lebih lanjut, Ia menjelaskan perihal Bantengan. Kesenian tersebut yang di mainkan adalah banteng, macan dan bedhes (monyet).

“Banteng memiliki filosofi sebagai simbol rakyat, macan atau harimau memiliki filosofi sebagai penguasa dan bedhes atau monyet sebagai penghasut. Banteng dan macan ini di adu oleh bedhes itu agar bertengkar. Hal itu memiliki makna bahwasanya kita hidup jangan mau di adu domba,” jelasnya.

Rencananya acara mengenalkan kesenian bantengan tersebut akan berlanjut di CFD, Jalan Ijen, Minggu depan.

“Saya berharap berkesinambungan dan berkelanjutan. Semoga konsisten dalam mengembangkan serta mengenalkan kesenian tradisi bantengan,” pungkasnya.

 

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *